Panti Jompo Cirebon Riwayatmu Kini

Panti Jompo Cirebon Riwayatmu Kini

\"\"Hidup Bergantung Donatur Pemerintah Kota Cirebon sepertinya harus memberi perhatian ekstra pada panti jompo yang ada. Pasalnya, hidup matinya keuangan di panti jompo hanya bergantung pada pihak yayasan dan para donatur. KEIKHLASAN para donatur dan kerja keras yayasan, menjadi penyambung keberlangsungan beberapa panti jompo. Misalnya Panti Wreda Santana, Jl Rinjani, Perumnas. Panti jompo ini mengasuh 20 oma dan opa. Ditemu di sela-sela kesibukan, Bu Edi, salah satu pengasuh Panti Wreda Santana mengatakan, selama 16 tahun dirinya menjadi pengasuh, pihak panti baru dua kali mendapatkan tawaran menerima bantuan dari pemerintah. Pertama, kata dia, pihak panti harus membuat proposal untuk meminta bantuan. Namun sayangnya, setelah dibuat dan dikirimkan, hingga saat ini pihak panti belum mendapatkan kabar kelanjutannya. “Yang kedua, ada yang menawarkan lagi lewat perantara. Seperti biasa disuruh buat proposal, setelah diproses, katanya dapat Rp5 juta. Tapi setelah diberikan, uangnya ternyata kurang. Jadi akhirnya kita dan pihak yayasan menolak bantuan itu,” jelasnya, Senin (20/2). Sehingga, kata dia, hingga saat ini untuk urusan gaji karyawan dan biaya mengurus oma opa di panti menjadi tanggungan yayasan. Tak sedikit juga kalau pihaknya merasa terbantu dengan kehadiran donatur yang sering menyumbang sembako. “Alhamdulillah-nya untuk gaji karyawan, makan dan biaya lainnya memadai dari donatur dan pihak yayasan. Kadang kalau dari donatur lagi banyak, pihak yayasan nggak nombok, tapi kalau lagi sedikit, ya yayasan yang nombok,” tuturnya. Bu Edi juga mengatakan bila ada kerusakan yang dialami panti, misalnya bocor atau kerusakan lainnya, ditanggung yayasan dan donatur. Saat pihak panti memperbaiki ruangan dan kamar semua dana tersebut ditanggung oleh pihak yayasan. “Kemarin baru rehab tiga kamar yang ada di belakang. Anggarannya pun dari yayasan dan donatur. Maka dari itu, saya sangat bersyukur pihak yayasan sangat care dan donator pun selalu berpartisipasi,” tukasnya. Kondisi sama di Panti Wreda Siti Khodijah, Karang Jalak, Cirebon. Bu Supono, seorang pengurus Panti Wreda Siti Khodijah ini mengaku sangat terbantu oleh bantuan yang mengalir dari para donatur dan yayasan. “Kondisi di sini sih, Alhamdulillah, penyandang dana ada saja yang membantu. Baik itu dari donatur maupun yayasan, yang diketuai oleh Hj Yazid Masyudi,” ujarnya. Dana tersebut digunakan untuk biaya sehari-hari. Yang jelas-jelas tidak mencukupi untuk kebutuhan para jompo. Saat ditanya bagaimana bantuan dari pemerintah daerah, Bu Supono mengatakan, bahwa bantuan dari pemerintah ada. Namun belum mencukupi kebutuhan 17 jompo. Ditambah lagi, biaya untuk membayar tujuh orang pengasuh. Menanggapi hal demikian, Bu Supono menuturkan bahwa jumlah bantuan tersebut memang tidak akan selalu cukup. Namun, ia selalu berprinsip bahwa mengasuh para jompo adalah ibadah yang harus dijalani dengan ikhlas dan tulus. “Tergantung kitanya bagaimana. Kalau kita menjalani dengan ikhlas dan tulus, insya Allah bantuan dana segitu juga akan cukup untuk merawat para jompo,” tuturnya. Bu Supono mengharapkan agar pemerintah daerah lebih memperhatikan kondisi Panti Wreda Siti Khodijah. “Ingin ada perhatian dari pemerintah daerah terhadap panti kami. Jujur saja, sekarang ini ada lima orang yang stres di panti ini. Sementara di Cirebon sendiri belum ada RSJ untuk menampung mereka. Kalau kami tidak dengan kesabaran merawatnya, ya repot juga,” paparnya. Ditemui di tempat berbeda, Sekretaris Dinsosnakertrans Kota Cirebon, Maemunah mengatakan, saat ini pemerintah tengah mengajukan bantuan ke kementrian agar panti jompo yang ada di Cirebon mendapat bantuan permanen. “Kami sedang usahakan supaya panti jompo yang ada di Cirebon mendapat bantuan. Berupa uang yang sifatnya permanen. Masih diproses,” katanya. (ida ayu komang/adinda pratiwi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: